Rabu, 29 Oktober 2008

Propile Kabupaten Ngawi


Kabupaten Ngawi terletak di wilayah barat Propinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Kabupaten Ngawi adalah 1.298,58 km2, di mana sekitar 40 persen atau sekitar 506,6 km2 berupa lahan sawah. Secara administrasi wilayah ini terbagi ke dalam 17 kecamatan dan 217 desa, dimana 4 dari 217 desa tersebut adalah kelurahan. Pada tahun 2004 berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) wilayah Kabupaten Ngawi terbagi ke dalam 19 kecamatan, namun karena prasaranan administrasi di kedua kecamatan baru belum terbentuk maka dalam publikasi ini masih menggunakan Perda yang lama. Secara geografis Kabupaten Ngawi terletak pada posisi 7o21’-7o31’ Lintang Selatan dan 110o10’-111o40’ Bujur Timur. Topografi wilayah ini adalah berupa dataran tinggi dan tanah datar. Tercatat 4 kecamatan terletak pada dataran tinggi yaitu Sine, Ngrambe, Jogorogo dan Kendal yang terletak di kaki Gunung Lawu. Batas wilayah Kabupaten Ngawi adalah sebagai berikut:
* Sebelah Utara: Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora (Propinsi Jawa Tengah) dan
Kabupaten Bojonegoro.
* Sebelah Timur: Kabupaten Madiun.
Sebelah Selatan: Kabupaten Madiun dan Kabupaten Magetan.
* Sebelah Barat: Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sragen (Propinsi Jawa
Tengah)

Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Ngawi akhir tahun 2006adalah 873.489 jiwa, terdiri dari 426.615 penduduk laki-laki dan 446.874 penduduk perempuan, dengan rasio jenis kelamin/sex ratio sebesar 95, artinya bahwa setiap 100 penduduk wanita terdapat sekitar 95 penduduk laki-laki.
Bila dibandingkan dengan tahun 2005 jumlah penduduk Kabupaten Ngawi bertambah sebesar 4.838 jiwa atau meningkat sebesar 0,55 persen. Kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar adalah Paron dengan 90.586 jiwa dan Kecamatan Pangkur merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil yaitu 27.928 jiwa.
Kepadatan penduduk menunjukkan rasio antara jumlah penduduk dengan luas wilayah. Tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Ngawi tahun 2004 adalah 674 jiwa/km2, di mana tingkat kepadatan tertinggi di Kecamatan Ngawi (1.104 jiwa/km2) dan tingkat kepadatan terendah adalah Kecamatan Karanganyar (224 jiwa/km2).

Sosial
Mayoritas penduduk Kabupaten Ngawi beragama Islam dengan persentase sekitar 99 persen. Jumlah penduduk menurut agama yang dipeluk kondisi akhir 2004 secara rinci adalah Islam 862.698 jiwa, Katholik 5.058 jiwa, Kristen 5.520 jiwa, Hindu 121 jiwa dan Budha 91 jiwa.
Jumlah tempat ibadah terdiri dari masjid 1.271 bangunan, mushola 3.670 bangunan dan gereja 36 bangunan, pura 1 bangunan dan vihara 1 bangunan. Jumlah jamaah haji dari Kabupaten Ngawi tahun 2004 mengalami penurunan dari 196 jamaah tahun 2003 menjadi 193 jamaah. Jumlah pondok pesantren di Kabupaten Ngawi juga mengalami peningkatan dari 63 tahun 2003 menjadi 74 pada tahun 2004, demikian halnya dengan jumlah ustad dan santrinya.
Data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi 2004 menunjukkan adanya peningkatan jumlah sekolah dari tingkat SD sampai dengan lanjutan atas dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlah sekolah SD/MI dari 722 menjadi 727 lembaga, jumlah sekolah lanjutan pertama dari 97 menjadi 99 dan sekolah lanjutan atas dari 47 menjadi 50 lembaga. Kalau jumlah sekolah terjadi peningkatan, rasio murid sekolah berkurang pada semua jenjang pendidikan. Rasio murid-sekolah tingkat sekolah dasar dari 121 menjadi 118, tingkat SLP dari menjadi 385 menjadi 373 dan tingkat SLA dari 436 menjadi 405.
Beberapa sarana kesehatan pada tahun 2004 jumlahnya meningkat. Rumah sakit bersalin menjadi 6 unit, Puskesmas Pembantu menjadi 64 unit, Tempat Praktek Dokter menjadi 73 tempat dan Posyandu menjadi 1.139 unit. Jumlah tenaga kesehatan di Dinas Kesehatan, RSUD dan Puskesmas mengalami peningkatan yang signifikan, dari 834 orang tahun 2003 menjadi 1.088 orang pada tahun 2004, atau meningkat 30 persen. Infeksi akut lain saluran nafas bagian atas merupakan gangguan kesehatan dengan jumlah kasus terbanyak yaitu 54.253 kasus atau 34,57 persen.

Senin, 13 Oktober 2008

Prakarsa Pembaharuan Tata Pemerintahan - P2TPD

Manfaat P2TPD
Prakarsa Pembaharuan Tata Pemerintahan (P2TPD), diharapkan kabupaten harus mempraktekkan dan mengembangkan berbagai reformasi tata pemerintahan yang mendukung transparansi, partisipasi dan akuntabilitas. Pemerintahan kabupaten seperti ini akan mendapatkan dukungan masyarakat luas dan diharapkan dapat lebih mudah menarik investasi yang dapat menggerakkan ekonomi kabupaten yang bersangkutan dan mengurangi kemiskinan.
: : Pengawasan
Program ini perlu diawasi oleh seluruh pihak yang terlibat - kalangan eksekutif dan legislatif (di wilayah kabupaten, propinsi dan pusat) serta yang terpenting, masyarakat luas. Karenanya, sosialisasi mengenai program dan proses perencanaan partisipatif dalam pengambilan keputusan di wilayah kabupaten merupakan elemen terpenting program. Pemahaman mengenai P2TPD diharapkan meningkatkan rasa memiliki dan memicu keinginan masyarakat untuk mengawasi proses reformasi yang ingin dicapai bersama oleh kabupaten peserta P2TPD.
: : Pembiayaan
P2TPD/ILGR dibiayai oleh APBN dikelola oleh Pemerintah Pusat Drektorat Urusan Pemerintahan Daerah Direktorat Jendral Otonomi Daerah (OTDA) Departemen Dalam Negeri dan Bank Dunia. Pemerintah juga mengalokasikan dana dari APBN untuk mendukung koordinasi program di tingkat pusat. Selain itu, pemerintah daerah dan stakeholders lokal perlu mendukung implementasi program melalui APBD dan swadaya masyarakat.

Pembangunan Jalan Padas-Gunungsari


Jalan Padas-Gunungsari sepanjang 7.500 meter terletak di Desa Karangmalang, Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi yang melewati areal ladang dan persawahan milik masyarakat. Jalan ini menjadi sarana bagi warga Desa Karangmalang dan Desa Gunungsari untuk menuju ke SMU Padas, SMP 1 Krangjati, Puskesmas, Kantor Kecamatan Padas maupun ke Ibu Kota Kabupaten.
Masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi jalan sebagian besar bermata pencaharian sebagai buruh petani, pedagang dan pegawai Negeri.
Beberapa jenis tanaman yang dibudidayakan oleh petani adalah padi, tebu dan ubi kayu Pendapatan rata-rta masyarakat desa Karangmalang dan Ds. Gunungsari sebesar Rp. 200.000 s/d 350.000,00. setiap bulanya.
Kondisi awal jalan Padas-Gunungsari adalah jalan penetrasi rusak berat karena dilintasi oleh truk galian C dengan tonase yang besar, sehingga kerusakan jalan sering terjadi. Karena tidak adanya angkutan, maka para petani dan pedagang yang akan memasarkan hasil produksinya harus menyewa kendaraan sendiri dengan biaya yang cukup mahal. Demikian pula penduduk yang memerlukan pelayanan public baik itu pemerintahan maupun pelayanan dasar (pendidikan dan kesehatan) seringkali mengalami kesulitan memperoleh angkutan salah satu sarana angkutan adalah ojek dengan tarif Rp. 15.000 s/d Rp. 20.000 menuju ke Ibukota Kecamatan.
Melalui Program P2TPD 2006, jalan ini diperbaiki menjadi Jalan Aspal Penetrasi dengan nilai proyek sebesar Rp 391,760,000.000
Pelaksanaanya dilakukan selama 90 hari kerja yang dilaksnakan oleh CV. PRAJA KARYA ENGINERING
Dengan diperbaikinya jalan ini, diharapkan dapat membuka akses masyarakat ke pelayanan public dan pasar yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat yang ada di sekitar jalan ini.

Rehabilitasi DAM dan Saluran Kedungbanyak


DAM dan Saluran Kedungbanyak berada di desa Cepoko Kecamatan Ngrambe Kab. Ngawi. Rehabilititasi terdiri dan Saluran Sekunder dengan panjang 600 m .
Air yang mengalir berasal dari Sungai Kedungbanyak sebelum subproyek ini direncanakan untuk mengairi areal persawahan yang ada ± 53 Ha karena saluran yang ada saat ini hanya mampu mengairi lahan ± 28 Ha, tingkat kehilangan air bisa mencapai sekitar ± 85 % sehingga peteni hanya mampu menanam 2 kali musin tanam dengan adanya DAM dan saluran sekunder ini areal pertanian yang berada di dataran tinggi lereng gunung Lawu dengan jenis tanah biasa dan kondisi peresapan air sedang ini dapat ditanami oleh petani sebanyak 3 kali musim tanam, padi- - palawija – padi, diharapkan dari proyek ini juga makin memperluas cakupan pengairan juga menarik masyarakat di wilayah tersebut untuk bertani sehingga pertambahan jumlah petani yang tadinya hanya 125 KK orang bisa menjadi sekitar 212 KK orang dan pertambahan ini juga diikuti oleh perluasan lahan persawahan yang ditanami padi.

Pemanfaat proyek ini merupakan para petani yang sebagi mata pencaharian utama atau 70 % dari total jumlah penduduk yang ada, mereka memiliki pendapatan rata-rata sekitar Rp.200.000 s/d 350.00 per bulan dengan 2 kali masa tanam serta kepemilikan lahan pertanian/persawahan rata-rata dibawah 1 Ha.
Manfaat yang dirasakan petani dengan adanya pembangunan irigasi hasil panen petani dapat meningkat menjadi Rp.750.0000,- perbulan dengan masa tanam 3 kali dalam setahun, jumlah ini diperoleh dari hasil panen hingga 5 Ton perhektar sekali tanam dengan harga gabah kering perkwintal Rp. 260.000 - Rp.280.000 .